Artikel
PERTAHANKAN BUDAYA LELUHUR, WARGA PLUMPANG GELAR WIWIT MASAL
Plumpang, 09/02/22 puluhan petani Plumpang berkumpul di area persawahan tikungan tajam RT 04 RW 09. Dalam acara Wiwit masal. Acara yang menjadi salah satu ikon desa wisata budaya padi tersebut di ikuti tak kurang dari 60 petani setempat.
Bukan hanya petani, acara budaya ini juga turut dihadiri Hartomo anggota DPRD Kab Tuban, perwakilan kecamatan Plumpang, Seniman tetater kota Tuban, Pemdes setempat, serta tokoh masyarakat. Acara yang berlangsung khusuk dan hikmat selama dua jam lebih itu turut pula menyita perhatian warga.
Wiwit sendiri merupakan ritual sukuran para petani sebelum panen padi dimulai. Dipimpin oleh seorang sesepuh yang disebut dukun tanduk dengan memakai banyak perlengkapan sesaji khas adat Jawa.
Dalam sambutanya tokoh-tokoh yang hadir menekankan pada warga serta petani, untuk senantiasa menjaga dan melestarikan budaya leluhur seperti Wiwit ini. Terlebih dari bulan November tahun lalu Desa Plumpang telah menyandang predikat desa wisata budaya padi. Diresmikan langsung oleh kadin kebudayaan dan pariwisata kabupaten Tuban.
Kadus Plumpang Suparji menuturkan Plumpang serius dalam upaya pelestarian budaya "kita berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga dan melestarikan budaya warisan leluhur" ungkapnya saat menyampaikan pidato sambutanya.
Hal senada juga disampaikan oleh anggota DPRD Kab Tuban Hartomo "ini adalah hal yang sangat patut kita apresiasi bersama, budaya seperti ini jangan sampai punah dan harus selalu kita jaga" tegasnya.
Sementara itu, Catur yang mewakili camat Plumpang. Menyampaikan sebuah contoh dalam pentingnya menjaga budaya "kata matoh yang merupakan kata-kata khas orang Tuban, sekarang telah dipakai taklen daerah lain, Kalau kita tidak pandai menjaga budaya kita, tidak menutup kemungkinan hal semacam itu bisa terjadi pada budaya-budaya yang lain juga" tuturnya.
Acara ini sendiri digelar secara masal memang bertujuan agar lebih semarak, dan petani tidak merasa berat, karena harus melaksanakanya secara individu. Dimana diketahui bahwa upacara budaya ini telah dua kali digelar setelah dulunya cukup lama sepi.
Para petani mengaku senang serta berharap acara semacam ini bisa terselenggara rutin setiap waktu panen tiba. */Bam