Plumpang sendiri adalah sebuah rangkain dari kata ALU (alat untuk menunbuk) dan LUMPANG (tempat menunbuk), dari kata itulah orang-orang sering menyebut ALUMPANG, dan pada akhirnya lama-lama orang mengambil enaknya menjadi kata PLUMPANG. Sedangkan apabila dilihat makna atau artinya ALU dan LUMPANG dari segi filosofinya ALU (alat untuk menumbuk) dan LUMPANG (tempat menumbuk) yaitu dua alat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dinama alat tersebut adalah suatu lambang atau gambaran dari sebuah kesuburan dan kesejahteraan bahan pangan bagi kehidupan manusia, ALU melambangkan Kesejahteraan dan LUMPANG melambangkan Kesuburan, maka dari itu Plumpang menjadi sebuah Kecamatan yang GEMAH RIPAH LOHJINAWE yang dibuktikan bahwa Kecamatan Plumpang pernah menjadi centralnya beras atau padi untuk memenuhi kebutuhan pangan Kebupaten Tuban bahkan Provinsi Jawa Timur. Pada suatu masa ada tiga tokoh pewayangan yaitu Semar, Gareng, dan Petruk yang merasa kalau bumi itu serong/miring karena posisi gunung kidul yang tidak seimbang (yang satu kecil dan yang satu besar) salah seorang tersebut yaitu semar berinisiatif memindahkan gunung yang kecil ke suatu daerah untuk menyeimbangkan posisi gunung kidul. Mereka berunding untuk menyusun rencana pemindahan gunung tersebut, malam itu juga mereka akan memindahkan gunung kecil itu ke suatu daerah,
Semar : Wahai anak-anak ku gareng dan petruk
Petruk & Gareng : Iya Romo….!!!!
Semar : Apakah engkau merasakan sebuah keganjilan pada bumi yang kita diami ini, anak ku………..???
Gareng : Saya merasakan bahwa bumi agak miring (kemudian gareng bertaya pada petruk), gimana kakang ku petruk.
Petruk : Mungkin perasaan kita aja Reng,
(sambil memandang Gareng)
Semar : Saya rasa bumi kita ini agak miring ke selatan dan tidak seimbang, bagaimana kita pindahkan gunung kidul yang kecil tersebut ke utara.
Gareng & petruk : Setuju Romo…….!!!!!
Kemudian mereka bertiga mengambil kayu kelor dan daun sembuan, tidak lama kemudian mereka sampai di gunung kidul dan memikul gunung yang kecil itu dengan kayu kelor yang dibalur pohon sembuan setelah dipikul di tengah perjalanan ada dua batu yang jatuh di suatu daerah karena mereka terburu-buru karena ada seseorang yang memukul-mukul bakul (tempat nasi) yang tandanya hari akan pagi dan karena mereka takut ketahuan orang maka mereka meninggalkan batu tersebut di daerah itu. Akhirnya Sampailah mereka disuatu tempat untuk meletakkan gunung itu,
Semar (duduk & berkata) : Akhirnya tugas kita sudah selesai dan sekarang bumi kita sudah tidak miring lagi dan posisi gunung kidul sudah seimbang.
Petruk & Gareng : Iya Romo tugas kita selesai dan pagi pun belum datang.
Karena semar, gareng, dan petruk memindahkan satu gunung yang kecil untuk menyeimbangkan gunung kidul maka mereka memberi nama gunung Ngimbang yang sampai sekarang terletak di Desa Ngimbang kecamatan Palang Kabupaten Tuban. Dan dua batu yang tertinggal di suatu daerah tersebut mirip ALU( alat untuk menunbuk) dan LUMPANG (tempat menunbuk) maka semar, gareng dan petruk menamakan daerah itu plumpang yaitu nama “alu dan lumpang” yang di jadikan satu menjadi yang sekarang menjadi Desa plumpang dan menjadi Kecamatan Plumpang yang terletak di Kabupaten Tuban sampai sekarang batu yang berbentuk alu dan lumpang itu masih ada. Dahulu batu tersebut akan dipindahkan karena akan dibuat jalan raya dan ketika sudah dipindahkan ternyata batu itu kembali lagi ke tempat semula dan akan di pindahkan lagi tetapi tidak bisa alhasil batu itu sejak dahulu sampai sekarang masih ada tempat itu sekarang dijadikan makam Desa Plumpang dan batu itu berada di tengah-tengah makam yang dikelilingi pagar besi dan menjadi asal-usul Desa Plumpang. Tapi lama kelamaan batu-batu tersebut hilang entah kemana dari sekian banyak orang yang hidup di Kecamatan Plumpang tidak mengetahui keberadaannya, ada yang bilang di bawa oleh Jaka Tarub ke Desa Sumber Agung untuk menjadi persembahan istrinya yang berasal dari golongan atau keturunan bidadari yang turun dari kayangan.